Gerakan “satu juta pohon” sering menjadi alat propaganda sekaligus klaim organisasi, perusahaan atau pemerintah sebagai wujud kepedulian atas lingkungan. Perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) kerap menjadikan momentum reboisasi menjadi ajang promosi dan seremonial menunjukkan diri sebagai pro lingkungan.
Hal itu lumrah saja, karena pengusaha HPH telah merasakan “manisnya” bubur kayu dan “renyahnya” mencicipi miliaran kubik kayu “harta karun” sebaga
i warisan yang tidak perlu dirawat atau disiram. Di antara deru mesin gergaji itulah kayu-kayu menjadi sumber kehidupan menyejahterakan segelintir orang.
Dibalik acara seremonial serba gemerlap, ada pahlawan yang terus setia menanam bukan lagi sejuta pohon, tapi mungkin hitungan M (milyar). Mereka tidak meminta publikasi atau seremonial serba wah. Tidak pula mengiba bantuan. Dengan pengabdian dan dedikasinya mereka secara tulus menghijaukan bumi dan memberi manfaat umat manusia.
Siapa mereka?
Mereka berkulit legam terbakar terik matahari di siang bolong, yang beringsut pergi disertai kokok ayam dalam temaramnya waktu subuh. Petang hari, berbalut peluh dan lumpur, mereka pulang. Seorang pekerja keras tak kenal lelah yang memendam optimisme begitu besar. Yang tetap menaruh harapan meski di bawah bayang-bayang ketidakpastian cuaca dan iklim, kelangkaan pupuk dan gangguan hama juga fluktuasi harga… Mereka yang terus dihantam derasnya produk impor…
Itulah kalangan petani, yang hampir sepanjang tahun mencurahkan diri untuk “menyemai dan menanam” demi kemandirian dan ketahanan pangan negrinya. Setia merawat, telaten menyiangi dan sabar memupuk di setiap musim demi memberi makan dan menyejahterakan umat manusia. Menghijaukan bumi dengan deretan palawija dan pohon peneduh sehingga menghasilkan Oksigen (O2) dan membuat bumi tidak panas. Inilah karya nyata sesungguhnya dalam mempertahankan bumi menghadapi fenomena global warming yang bakal menjadi mimpi buruk bagi negera-negara dengan pulau-pulau kecil di dunia.
Bukan lagi menanam satu juta, tapi mungkin telah mencapai miliaran pohon tanpa perlu eksistensi… (**)
by: Ajeng K
Jumat, 11 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar