Ada Apa dengan Gorengan (Part 1)???
Jika di hadapan anda sekarang ada singkong rebus dan singkong goreng, anda akan memilih yang mana? Atau, jika di depan anda sekarang ada pisang rebus dan pisang goreng, anda akan memilih yang mana? Atau lagi, jika di hadapan anda sekarang ada pilihan antara ayam rebus dan ayam goreng, anda akan memilih yang mana? Pasti jawabannya beragam, tapi saya yakin sebagian besar akan memilih yang digoreng. Ya, makanan gorengan memang menjadi favorit di negeri ini. Bagaimana dengan di luar negeri? Entahlah, saya belum pernah kesana, semoga suatu saat diberi kesempatan kesana. Tapi kata dosen saya dulu yang pernah keluar negeri, nasi goreng itu hanya ada di Indonesia lho, tidak ada di luar negeri.
Begitu fevoritnya gorengan, menjadikan pelaku industri pangan berpikir kreatif (kalau tidak ingin dibilang keblinger), semua dipaksa bisa digoreng, ada keripik apel, keripik nangka, keripik nanas, dan sebagainya. Muncullah teknologi vacum frying, menggoreng pada suasana vakum, tidak ada oksigen. Tujuannya adalah agar ketika menggoreng tidak terjadi oksidasi ke buah-buahan yang digoreng, sehingga antioksidan buah tersebut bisa dipertahankan. Unik memang, tapi jadi aneh rasanya. Dan tidak ada yang menjamin kandungan gizinya masih baik. Bukankah lebih baik makan buah segar, lebih murah dan sehat?
Ada apa dengan gorengan? Mengapa menjadi sangat diminati oleh masyarakat?
Pertama, mudah dijangkau. Jajanan gorengan ada dimana-mana, mulai dari ubi goreng, pisang goreng, tempe dan tahu goreng, hingga ayam goreng, kini sangat mudah kita temukan. Banyak di pinggir jalan. Rasanya juga beraneka ragam.
Kedua, harganya murah. Untuk ayam goreng krispi saja kita hanya butuh merogoh kocek 5 ribu perak, dapat satu potong. Banyak di pinggir jalan. Uang yang dikeluarkan akan menjadi semakin kecil jika kita hanya ingin membeli gorengan seperti bakwan atau tahu goreng, 500 perak saja mas.
Ketiga, ini mungkin yang paling penting, rasanya yang lezat. Rasa adalah segalanya, sebanyak apapun manfaat pangan bagi tubuh kita, kalau tidak enak maka tidak akan dilirik. Inilah bedanya pangan fungsional dan obat. Sekarang bandingkan saja, singkong rebus dan singkong goreng, pasti lebih lezat singkong goreng. Semua yang digoreng memang lebih berpeluang menjadi gurih dan lezat. Mengapa demikian? Karena keberadaan minyak (lemak) mendukung terbentuknya rasa umami dan gurih pada makanan.
Kini anda sudah tahu mengapa gorengan begitu diminati oleh hampir semua orang. Karena keberadaan minyak membuat makanan menjadi gurih dan nikmat. Selamat menikmati gorengan! Tapi ingat, harus dengan cerdas.
0 comments:
Posting Komentar